10 WISATA yang PALING HITS DISULAWESI SELATAN

10 WISATA yang PALING HITS DISULAWESI SELATAN

10 wisata yang paling hits di Sulawesi selatan.

Jika kamu sedang merencanakan liburan, kamu bisa jadikan Sulawesi Selatan sebagai tujuan destinasi. Berkunjung ke Sulawesi Selatan lebih asyik jika bersama orang-orang yang kamu sayangi, sebab Sulawesi Selatan mewarkan begitu banyak destinasi menarik yang sayang jika hanya dilewati sendirian.

Ini dia beberapa tempat yang bisa kamu kunjungi selama berlibur ke Sulawesi Selatan:

1. Pantai Losari

Pantai LosariPantai Losari merupakan salah satu tempat wisata paling popular di Sulawesi Selatan. Lokasinya yang berada di ibukota, membuat pantai losari menjadi icon dari kota Daeng ini.  Sisi menarik dari pantai losari adalah, kamu tidak akan menemukan pasir seperti pantai pada umumnya.

Jika kamu berkunjung, kamu akan menemukan beton ditepiannya. Namun bukan berarti pantai ini tidak asyik dikunjungi, ya. Ada banyak sekali hal menarik yang bisa kamu dapatkan dari pantai losari. Karena tempat ini salah satu tempat yang selalu ramai dikunjungi  Turis dan warga Makassar setiap hari terutama saat akhir pekan.

Kamu juga bisa menikmati berbagai wahana permainan seru seperti berlayar dengan perahu, sepeda air dan kamu bisa memancing dengan bebas.  Banyak pengunjung yang menghabiskan sorenya  untuk mengabadikan keindahan momen matahari terbenam. Momen ini akan semakin indah jika kamu menikmatinya bersama keluarga, sahabat atau orang yang kamu sayangi.

2. Pantai Tanjung Bira

Pantai Tanjung BiraTanjung Bira terkenal dengan pasirnya yang putih dan airnya yang jernih. Keindahan alam Tanjung Bira dikenal tidak hanya dikenal oleh turis domestik, namun juga turis mancanegara. Pantai yang jaraknya sekitar 200 km dari kota Makassar ini salah satu pantai favorit di Sulawesi Selatan. Di pantai ini kamu bisa menikmati panorama alam yang menakjubkan, yang hanya bisa kamu buktikan saat mengunjunginya.

Lokasinya yang cukup jauh dari ibu kota tidak membuat pantai ini kehilangan daya tariknya. Banyak turis yang memilih untuk menikmati keindahan terbit dan tenggelamnya matahari. Di pantai ini kamu bisa menemukan ketenangan dengan angin semilir yang kini telah didukung oleh berbagai fasilitas seperti tempat singgah yang nyaman, pelabuhan fery yang bisa digunakan jika ingin menjelajah ke pulau selayar dan aneka wahana permainan air yang seru.

Keindahan Pantai Tanjung Bira tidak usah diragukan lagi, kawasana ini memiliki penataan yang cukup baik dan bersih. Pantai yang membujur dari sisi utara hingga selatan ini tampak sangat indah dan memukau siapa saja yang datang ke tempat ini. Jajaran pohon kelapa serta bukit karang yang berdiri kokoh menjadikan keindahan pantai ini tiada duanya. Anda dapat menikmati keindahan tempat ini dengan berenang, menyelam, snorkelling,  atau hanya sekedar berjemur menikmati hamparan keindahan yang ada di depan mata.

3. Taman Laut Taka Bonerate

Taman Laut Taka BonerateTaman laut ini berada di kota Benteng, Kepulauan Selayar. Taman laut yang memiliki kawasan atol terbesar ketiga di dunia ini adalah surga bagi kamu yang senang menyelam dan menyaksikan keindahan laut. Kecantikan terumbu karang dan beraneka ragam jenis ikan, penyu dan kura-kura membuat tempat wisata ini harus menjadi salah satu tempat yang wajib kamu kunjungi.

Topografi kawasan ini sangat unik dan menarik sehingga sangat bagus untuk kegiatan menyelam, snorkelling, dan wisata bahari lainnya. Taman Laut Taka Bonerate memiliki beberapa pulau yang saat ini telah difungsikan sebagai tempat tinggal.

Dikarenakan kawasan ini menyimpan kekayaan alam laut yang dapat memenuhi hidup para warga yang mayoritas sebagai nelayan. Selain objek wisata bahari kawasan ini memiliki beberapa tempat bersejarah seperti Taka Mariam dimana terdapat meriam kuno milik tentara Belanda dan Taka Gantarang yang menyimpan meriam kembar milik pedagang-pedagang Cina dimasa lampau.

4. Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

Taman Nasional Bantimurung BulusaraungTaman yang satu ini letaknya di Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene, sekitar 20km dari Bandara Internasional Sultan Hasanudin atau 50 km dari kota Makassar. Taman Nasional Batimurung Bulusaraung atau yang biasa disingkat dengan TN Babul ini menampilkan keindahan alam seperti air terjun, goa-goa dan penangkaran kupu-kupu.

TN Babul memang menonjolkan kupu-kupu sebagai daya tarik utamanya, bahkan seorang ilmuwan bernama Alfred Russel Wallace menyebutnya sebagai The Kingdom of Butterfly. Jadi jangan sampai lewatkan TN babul saat kamu hendak berkunjung ke Sulawesi Selatan.

5. Kawasan Adat Ammatoa

Kawasan Adat AmmatoaKawasan adat ammatoa adalah juga salah satu destinasi menarik yang bisa kamu kunjungi saat berada di Sulawesi Selatan. Keindahan berupa kelestarian kawasan hutan merupakan ciri khas kawasan adat ini. Kawasan yang terletak di Kecamatan Kajang, sekitar 56 km dari Kota Bulukumba ini akan menawarkan pengalaman menarik dengan menampilkan ciri masyarakat kajang yang ada di Desa Tana Toa yang tampak sehari-hari seperti pakaian dengan warna serba hitam dan ciri bangunan rumah yang seragam menghadap utara.

Sisi unik lainnya adalah pimpinan mereka dijabat oleh seorang yang bergelar Amma Toa dengan masa kepemimpinan seumur hidup. Ketika Anda berada di kawasan ini, Anda tidak perlu heran dengan upacara atau ritus-ritus sosial yang sering dilakukan oleh masyarakat.

Masyarakat sangat berpegang teguh pada prinsip, sehingga upacara ataupun ritus-ritus sosial menjadi hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat adat ini. Masyarakat mempercayai dengan mejalankan upacara atau ritus-ritus, mereka akan mendapatkan keselamatan.

6. Pusat Kerajinan Phinisi

Pusat Kerajinan PhinisiJika kamu berkunjung kemanapun, maka belum lengkap jika kamu belum mengunjungi tempat kerajinan khas pulau tersebut. Di Sulawesi Selatan ada sebuah tempat pembuatan kapal atau perahu tradisional. Tempat kerajinan ini terletak di pesisir pantai kelurahan Tana Beru, Kecamatan Bontobahari, sekitar 24 km dari Kota Bulukumba.

Yang menarik dari tempat kerajinan ini masyarakatnya sangat piawai membuat kapal tradisional dengan konstruksi kayu juga peralatan tradisional dan mereka mampu membuat perahu yang kokoh hanya dengan berdasar pada pengalaman dan pengetahuan turun-temurun dari nenek moyang mereka.

Bahkan sejarah telah membuktikan bahwa perahu phinisi Indonesia telah berhasil berlayar ke Amerika Serikat tahun 1986, maka tak heran jika tempat ini dijuluki sebagai Butta Panritta Lopi yang berarti bumi atau tanah para ahli pembuat phinisi.

7. Benteng Sumba Opu

Selain menawarkan kein
Benteng Somba Opudahan alam, sulawesi selatan juga menampilkan tempat wisata bersejarah. Seperti Benteng Sumba Opu yang dibangun pada tahun 1525 oleh Sultan Gowa IX. Pada masanya, benteng ini merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang dari Asia dan Eropa.

Hal yang menarik dari benteng adalah kenyataan bahwa pada sekitar tahun 1669, benteng ini dikuasai oleh VOC yang kemudian dihancurkan hingga terendam oleh ombak pasang dan kurang lebih 3 abad setelahnya benteng ini kembali ditemukan oleh sejumlah ilmuwan yang kemudian direkonstruksi menjadi tempat wisata bersejarah yang harus kamu singgahi saat mengunjungi Sulawesi Selatan.

Begitu Anda memasuki kawasan Benteng Somba Opu, Anda akan melihat tembok benteng yang kokoh. Meski tembok terbuat dari susunan bata merah, dan ketebalan tembok dapat dibayangkan betapa sulitnya benteng ini untuk ditembus bahkan untuk diruntuhkan sekalipun. Hal ini melambangkan sistem pertahanan yang sempurna pada zamannya. Kini, Benteng Somba Opu berupa reruntuhan. Sebagai gantinya dibangun saukang yang dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat untuk berdoa dan pemujaan. Biasanya setiap masyarakat yang datang ketempat ini, selalu membawa sesaji sebagai persembahan kepada roh leluhur.

8. Ke’te Kesu

Ke’te KesuKe’te Kesu merupakan desa wisata di Desa Bonoran, sekitar 4 km dari Kota Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Kawasan ini dikenal dengan adat dan kehidupan tradisional masyarakatnya. Bahkan karena keunikan budaya Ke’te Kesu, UNESCO menetapkannya sebagai cagar budaya asli Indonesia.

Hal unik yang membuat ke’te kesu ialah perkampungan yang tidak terkontaminasi kehidupan modern. Begitu memasuki perkampungan, berderet tongkonan (rumah adat Toraja) dengan berbagai ukiran kayu dan tanduk kerbau berderet yang menandakan rendah atau tingginya status sosial pemilik rumah.

Jika menengok belakang deretan tongkonan, kamu akan menemukan kompleks pemakaman berdinding batu kapur. Konon, makam-makam tua disana berumur hingga ratusan tahun dimana tulang belulang dan tengkorak berserakan dalam gua dan sekitar pemakaman. Jadi jangan lupa masukkan Ke’te Kesu dalam list destinasimu selama berkunjung di Sulawesi Selatan, ya.

9. Wisata Bahari Pulau Bulupoloe

Selain keindahan laut
Wisata Bahari Pulau Bulupoloe, keindahan alam pegunungan di Sulawesi Selatan memang tak perlu diragukan lagi. Ini tercermin jika kamu berkunjung ke Pulau Bulupoloe yang terletak di Kabupaten Luwu Timur yang berjarak sekitar 500 km dari kota Makassar.

Pesona laut yang disajikan Pulai Bulupoloe menawarkan keindahan alam pegunungan serta keasrian baharinya, yang makin menakjubkan jika kita melihat kondisi pantainya yang masih sangat alami dan air laut yang bersih.

Kejernihan air laut ini membuat kehidupan biota laut terlihat jelas. Keindahan laut yang  merupakan daya tarik utama yang terpancar dari Pulau Bulupoloe akan semakin lengkap dengan hadirnya kuliner khas Luwu yang bisa kamu nikmati saat berkunjung ke Pulau Bulupoloe.

Baca : Tempat Wisata di Gunung Kidul

10. Malino

malino Malino merupakan salah satu tempat menarik di Sulawesi Selatan. Jika dibanding wisata alam dan keindahan pantai di Sulawesi Selatan, nama Malino masih belum cukup terkenal. Meski begitu, bukan berarti Malino akan membosankan saat dikunjungi.

Tempat wisata yang berada sekitar 90 km dari pusat kota Makassar ini panorama alam pegunungan yang sangat indah. Malino memiliki beberapa objek wisata didalamnya seperti hutan pinus yang bisa kamu nikmati selama perjalanan di Malino. Lalu, ada gunung samping dengan batu kapurnya yang indah.

Selain itu, Malino juga menawarkan beberapa objek wisata air terjun seperti Air Terjun Tapakala, Air Terjun Parang Bungisi, Air Terjun Lembanna dan Air Terjun Biroro. Kemudian destinasi wisata di Malino yang sama sekali tidak boleh dilewatkan adalah Malino Highlands yang merupakan wisata kebun teh yang asri dengan udara yang sejuk.

Negarawan dan Politikus

Negarawan dan Politikus

Kompas3 Apr 2017Oleh KWIK KIAN GIE KWIK KIAN GIE Pengamat Ekonomi dan Politik
DIDIE SW

Pada umumnya, semua orang yang pekerjaannya penyelenggaraan negara dan yang jenjangnya di atas birokrasi disebut ”politikus”. Politikus adalah nama generik atau istilah umum yang mempunyai banyak karakter. Karakter itu bisa dibedakan antara yang dinamakan ”negarawan”, ”political animal”, dan ”political idiot”. Negarawan berkecimpung dalam dunia penyelenggaraan negara, yang merupakan arena dengan peserta atau pemain yang bagian terbesarnya adalah binatang politik (poltical animal). Apa yang membedakan negarawan dengan political animal ?
Negarawan, binatang politik, idiot politik
Negarawan adalah orang yang tujuannya murni ingin menyejahterakan rakyatnya secara berkeadilan. Kita dapat mengenali sosok negarawan sejak muda. Sadar atau tak sadar, para calon negarawan sejak muda sudah sangat peduli dengan lingkungannya. Mereka sudah socially engaged; keterikatannya pada anggota masyarakat lainnya sudah sangat kasat mata. Ada yang keterkaitannya terbatas pada satu RT, satu RW, satu kota. Akan tetapi, ada yang dengan seluruh bangsanya. Kalau kita mempelajari sikap dan perilaku para pendiri bangsa kita, dalam zaman kolonial mereka sudah merasakan bahwa bangsanya ditindas bangsa lain, bahwa kekayaan alam yang diberikan Tuhan kepada bangsanya diisap bangsa lain. Pencuatan yang pertama kalinya dari kepedulian sekelompok elite bangsa untuk seluruh bangsanya adalah Sumpah Pemuda 1928. Bangsa pengisap ini mempertahankan kedudukannya dengan kekerasan. Walaupun demikian, para negarawan kita berani menyatakan sikap dan pendapat melawan dan ingin menumbangkan penjajahnya. Karuan saja, nasibnya keluar-masuk penjara dan pembuangan. Dari waktu ke waktu bahkan diculik dan dibunuh. Apa sikap mereka ketika dihadapkan pada kekerasan senjata yang mengancam kebebasan dan jiwanya? Terus berjuang tanpa dibayar dan tanpa ada konglomerat menyuapnya. Namun, seorang negarawan dengan tujuan mulia ini dihadapkan pada political animal yang menggunakan arena penyelenggaraan negara untuk kepentingan diri sendiri, dengan prinsip tujuan menghalalkan segala cara, sekotor apa pun. Maka biasanya, mereka munafik, pandai mencitrakan diri sebagai orang hebat. Keterampilannya berorasi dan sok akrab dengan bagian terbesar dari rakyatnya yang masih sangat miskin sangat meyakinkan. Buat rakyat yang pendidikannya kurang memadai, sosok political animal seperti ini sangat impresif. Rakyat yakin betul mereka memang akan menyejahterakan dirinya secara berkeadilan. Dalam demokrasi sangat liberal yang liberalnya kebablasan, mereka ini kebanyakan menang dalam pemilu yang asasnya adalah 50 persen plus satu. Terutama dalam era digital dan hampir setiap orang punya ponsel, media sosial (medsos) sudah menjadi sarana sangat ampuh buat mereka yang bisa memanfaatkannya. Penguasaan teknis dalam bentuk keterampilan menggunakan peralatannya tidak sulit. Yang sulit adalah pendanaan yang besar guna menyewa para penulisnya. Mereka mengagungkan yang membayarnya bagaikan malaikat dan merundung lawan-lawannya dengan dahsyat. Maka harus bermodal besar dan untuk itu political animal dituntun oleh naluri animal-nya. Ada political animal yang sangat canggih, sophisticated, berpendidikan tinggi, gagah, penampilannya diatur ahli busana, perilaku dan gerak geriknya diatur konsultan semacam Joan Robert Powers. Bagi para intelektual, kuasi intelektual, orang kaya, pendeknya apa yang dinamakan ”elite bangsa”, political animal kelas ini sangat meyakinkan. Mereka sangat sulit dikenali sebagai animal. Masyarakat papan atas pun bisa terkecoh. Kalau rakyatnya sangat kurang pendidikannya, tim dari konsultan politik, ahli busana dan ahli perilaku mengaturnya justru yang gambarannya sebaliknya. Politisi ini harus digambarkan persis seperti rakyat yang menjadi target perolehan suaranya. Pakaiannya dibuat seperti rakyat yang masih sederhana, mengenakan kemeja yang sengaja dibuat agak kedodoran, lengan panjang kemejanya digulung sedikit untuk menandakan yang bersangkutan pekerja keras, makan bersama secara lesehan, mengunjungi rakyat jelata, mendengarkan keluhannya, menggendong dan mengelus-elus bayi lusuh. Sebelumnya yang bersangkutan tak pernah terlihat seperti ini. Dengan penampilan dan perilaku demikian, rakyat yang akan memberikan suaranya merasa sang calon adalah salah satu dari mereka. Dia saudara, bukan ndoro. Rakyat jelata yang tak paham arti ideologi, arah negara, visi, misi, dan jargon-jargon seperti itu biasanya miskin. Mereka sangat bergembira jika diberi sesuatu sekadarnya, asalkan konkret. Lambat laun para political animal menggunakan uang tunai, politik uang. Jika untuk periode 2009-2014 seseorang baru bisa menjadi anggota DPR dengan biaya rata-rata Rp 300 juta, dalam periode berikutnya, Pemilu 2014, biaya menjadi rata-rata Rp 3 miliar. Uang itu untuk membeli suara. Rakyat yang sangat awam dalam asas-asas penyelenggaraan negara memberikan suaranya kepada mereka yang bersedia membayar lebih mahal. Itulah sebabnya, DPR dipenuhi orang berduit atau yang mendapat dukungan para hartawan. Para hartawan ini tentunya tidak tanpa pamrih. Bukan hanya anggota legislatif. Dalam domain eksekutif, korupsi atau politik uang juga sangat marak. Kita saksikan betapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk bisa terpilih menjadi bupati, wali kota, dan gubernur. Setelah terpilih, mereka harus mengembalikan uang yang dikeluarkan. Jelas tak mungkin dari gajinya yang sah. Maka digunakanlah kekuasaan untuk meraih sebanyak mungkin uang guna mengembalikan yang telah dikeluarkannya. Banyak dari uang ini berasal dari pinjaman yang harus dikembalikan dan mungkin dengan bunga. Kalau tanpa uang pinjaman, dana diperoleh dari sponsor, yaitu orang, kelompok orang-orang kaya atau perusahaan-perusahaan besar yang mendukung dengan dana besar, dengan tujuan agar kalau sudah berkuasa, bisa didikte untuk kepentingannya. Akhirnya, para pengusaha besar itu menjadi penyelenggara negara pada jenjang yang tinggi dan tertinggi sehingga muncul julukan golongan atau kelas ”Peng-Peng”, singkatan dari ”Penguasa-Pengusaha” (diciptakan Rizal Ramli). Dengan gambaran demikian, apa lantas tak ada tempat sama sekali buat negarawan? Ada, tetapi medannya sangat berat. Sang negarawan harus cukup kuat untuk bertahan, tak merasa jijik sehingga menyingkir. Sang negarawan juga harus bisa dan mampu menerapkan taktik, melakukan apa yang dinamakan ”manuver politik” dan ”komunikasi politik”, mampu membiayai lembaga survei dan lebih banyak lagi. Buat political animal, hal-hal itu dihalalkan untuk mencapai tujuan. Namun, bagi negarawan, adalah strategi dan taktik untuk tak terlempar dari arena oleh political animal. Maka, walaupun mereka terlihat ikut-ikutan berperilaku sebagai political animal, negarawan tak pernah kehilangan tujuannya yang mulia. Hanya tujuan yang mulia ini sering kali tak tampak bagi sebagian besar masyarakat. Sayang sekali dalam penyelenggaraan negara pada jenjang di atas birokrasi atau dalam bidang politik berlaku hukum yang mengatakan ”bad leaders drive out good leaders”. Kata-kata ini berasal dari teori ekonomi moneter yang mengatakan ”bad money drives out good money”. kebanyakan dari good leaders memilih menyingkir saja karena merasa jijik, merasa berkubang dalam lumpur perpolitikan, yang juga disebut pure politicking. Istilah ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan konotasi cerdik, lihai, yaitu ”manuver politik”. Political idiot mirip dengan political animal, tetapi tak tahan terlampau lama. Sosok ini gebrakannya mengejutkan. Popularitasnya melejit dalam waktu sangat singkat. Demikian impresifnya sehingga keseluruhan rekam jejaknya yang sangat tak lazim, justru dianggap hebat. Dalam bidang politik yang normalnya gonta-ganti partai dianggap pengkhianatan, idiot yang lihai atau ligiat, gonta-ganti partai dianggap hebat. Parpol yang mana pun membutuhkannya. Walaupun diultimatum, diadu domba dengan teman-temannya, tetap saja setia pada sang idiot. Kalaupun ada yang mengulas, langsung dirundung oleh teman-temannya yang mengendalikan medsos. Sosok seperti ini juga tak kuat mempertahankan ketenaran dan kekuasaan yang diperolehnya. Maka dia mulai menggebrak-gebrak lebih hebat dan lebih kasar lagi sehingga sama sekali keluar dari jalur yang normal dan kebiasaan-kebiasaan sebagai pemimpin penyelenggara negara yang merupakan panutan, yang sopan dan santun dan yang perilakunya sesuai dengan perasaan serta tata nilai yang diemban oleh rakyatnya.
Demokrasi yang kebablasan
Kondisi perpolitikan seperti yang digambarkan di atas sudah sangat-sangat parah karakter political animal-nya. Kita harus melihatnya dari awal mengapa menjadi seperti ini? Jelas sekali bahwa kondisi ini terjadi setelah UUD 1945 diamandemen empat kali menjadi UUD 2002. Sejak itu terjadi kebebasan beserta euforia yang luar biasa. Sangat banyak orang menjadi politisi dadakan, menjadi pengamat politik, merasa dan bersikap lebih mengetahui tentang apa yang akan dilakukan oleh parpol tertentu ketimbang apa yang diketahui oleh kader yang aktif. Perubahan yang menjadi serba bebas, dan apa saja boleh, mengakibatkan masuknya orang-orang dalam arena politik, yang sama sekali tak paham tentang apa itu penyelenggaraan negara. Mereka merasa sekarang bisa menjadi orang penting tanpa bersusah payah berjuang lewat wadah yang secara universal memang dirancang sebagai infrastruktur politik buat penyelenggaraan negara yang benar. Juga demikian banyaknya parpol bermunculan, yang kemudian bersaing dengan calon independen yang didukung organisasi tanpa bentuk (OTB), yang namanya diawali dengan kata ”Teman A B C….dsb”. Faktor lain yang sangat fundamental adalah cara mengambil keputusan yang didasarkan atas 50 persen plus 1. Kalau menangnya dengan 51 persen, yang 51 persen ini dalam praktiknya mengabaikan total yang 49 persen. Ini bukan jumlah rakyat pemilih yang kecil. Dalam pengambilan keputusan jumlah yang 49 persen diperlakukan sebagai nol. Demokrasi yang kebablasan menjadi tirani minoritas. Mengembalikan ke jalur sebagaimana mestinya makan waktu lama dengan biaya sangat mahal dan pengorbanan sangat besar. Kesemuanya dapat kita lihat dari anarki dan kaos setelah revolusi Perancis menjadi republik yang normal. Dalam era kontemporer kita saksikan penderitaan rakyat China sebelum menjadi teratur seperti sekarang. Kita mengalami tahun 1950 ketika yang diberlakukan UUD 1950 dengan sistem parlementer. Presiden Soekarno hanya simbol bagaikan raja. Kekuasaan ada pada berbagai parpol yang memberikan kekuasaannya kepada perdana menteri yang setiap waktu bisa dijatuhkan oleh suara 50 persen plus 1 dari jumlah anggota DPR. Setiap enam bulan kabinet jatuh. Kondisi ini berlangsung sembilan tahun, sampai tahun 1959 Soekarno nekat, secara tak konstitusional mendekritkan kembali berlakunya UUD 1945. Kekuasaan diambilnya kembali sebagai presiden presidensial. Bagaimana bisa tanpa gejolak, tidak jelas. Sekarang lain. ”Demokrasi” ala Amerika sudah merasuk. Kita sudah punya Economic Council, punya Security Council, punya Senat, punya Chief of Staff Istana. Siapa mereka itu? Benar-benar qualified? Kesemuanya ini makan biaya besar, dan apa benar ada gunanya? Apa benar Presiden mendapatkan pikiran dan konsep yang olehnya dianggap memang bagus, bermanfaat dan bisa diterapkan? Bukankah mereka itu sarjana-sarjana yang seumur hidupnya berkutat di dalam kamar? Tak pernah mengetahui dan mengalami kehidupan nyata dalam kaitan dengan penyelenggaraan negara? Yang bisa dilakukan (kalau masih mau), MPR berkumpul mengubah UUD 2002 menjadi UUD 1945 lagi. Dibutuhkan jiwa besar dari para anggota MPR untuk mengganti dirinya sendiri dengan orang-orang yang memang pantas mengemban kekuasaan tertinggi. Kalau ini sudah terjadi, pembenahan yang sifatnya teknokratik mudah. Konsep sudah banyak yang disusun dalam era kemerdekaan selama lebih dari 70 tahun. Dengan UUD 1945 yang asli, kekuasaan tertinggi yang ada pada MPR terdiri dari tiga bagian. Sepertiga dari DPR anggotanya dipilih langsung oleh rakyat. Jadi tetap ada demokrasinya yang 50 persen plus 1, tetapi hanya sepertiga. Sepertiga adalah Utusan Golongan yang tak dipilih, tetapi diajukan oleh para profesional setelah mereka mencari yang terbaik di kalangan mereka. Sepertiga lain Utusan Daerah yang juga tak dipilih. Mereka dijaring dari daerah-daerah, terdiri dari mereka yang di daerahnya masing-masing jelas-jelas pemimpin sejati yang dikenali oleh rakyat setempat dan dihormati serta dianggap paling pantas mewakili mereka. Pemilihan secara langsung oleh rakyat atas dasar 50 persen plus 1 tak mungkin diterapkan untuk bangsa yang pendidikan, pengetahuan, kematangan jiwanya danwisdom-nya belum memadai. Maka Pak Jokowi yang dipilih langsung oleh rakyat atas dasar 50 persen plus 1 sekarang merasakan dan menyatakan secara terbuka bahwa ”Demokrasi kita telah kebablasan”.

Kampus Kuning Kesepian

Slogan kampus adalah rumah kedua bagi mahasiswa” bukanlah istilah yang asing terdengar di telinga setiap mahasiswa. Setiap kegiatan kampus sama layaknya kegiatan di rumah sendiri menurut mereka, entah kekeluargaan yang mereka dapatkan, pergaulan yang asik, atau sekedar menghiasi ruang kelas disaat jam kuliah yang dianggap sekedar tempat bertemu teman-temannya.

Kata ‘Kampus’ terkesan mulai kehilangan jiwa sebenarnya.  Kampus yang seharusnya diramaikan oleh aktivitas mahasiswa, entah kegiatan perkuliahan, diskusi kelompok, dan kegiatan organisasi. Kampus yang dulunya digunakan sebagai tempat bertukar ideologi, kini tak lagi terdengar suara-suara perubahan, semua hanya sibuk membaca teori-teori yang tertulis di buku tua nya.

Mahasiswa seolah-olah terhipnotis oleh zaman, yang dimana majunya teknologi membuat mahasiswa lebih memilih kost untuk berselimut dalam sendiri ditemani android yang katanya dia lebih mengenal dirinya. Hal ini tentunya memberi dampak langsung bagi suasana kampus yang tak lagi seramai dulu. Faktanya,‘mahasiswa jaman now’ hanya datang saat ada jam kuliah saja.

Sebelumnya, keseharian mahasiswa bisa dilihat di perpustakaan, kantin, sekret UKM atau sekedar diskusi ringan di pekarangan kampus. Perpustakaan yang awalnya dipenuhi dengan mahasiswa yang sibuk dengan dentingan papan ketik persegi, lembaran huruf dan angka, atau hanya sekedar ‘berteduh’ dibawah sejuknya pendingin ruangan, mulai hilang satu persatu. Begitupun kantin yang mulai kehilangan pengunjung setianya.

Bagi mahasiswa yang baru mengenal dunia perkuliahan, hal ini bukan menjadi sesuatu yang harus dipertanyakan. Namun karena pola kegiatan senior yang tidak menbangun karakter  terhadap junior sehingga terjadi kesenjangan pengkaderan memanusiakan manusia.

Dunia ged-gedtan menyebabkan kontak langsung antara mahasiswa yang satu dengan yang lain berkurang. Mahasiswa lebih memilih melewati level-level games di androidnya dibanding melewati halaman buku-buku yang diperpustakaan

Dimanakah ????
Mahasiswa yang katanya RAKUS
Rasional
Analisis
Kritis
Universal
Sosialis
Dan juga katannya
Mahasiswa pembawa perubahan,  control sosial dll.
Kemana semua itu??

Akibatnya suasana kampus yang digambarkan hidup menjadi tak terlihat lagi. Kampus yang seharusnya menjadi tempat penunjang mahasiswa, tempat terjadinya proses pembentukan diri, yang diramaikan dengan aktivitas mahasiswa sudah buram.

Kini, kampus terlihat seperti gambar dalam bingkai, nyata tapi diam...

Makassar, (Taman kampus kuning)
05 januari 2018
NSB Kennedy

Himpunan pendidikan Biologi  seminar  Implementasi k13 dalam mencetak generasi abad ke 21

Himpunan pendidikan Biologi seminar Implementasi k13 dalam mencetak generasi abad ke 21

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) mengelar seminar pendidikan mengenai implementasi k13. seminar tersebut menghadirkan 2 orang narasumber.
Dan berlangsung hari ini tepat pada pukul 9.30 pagi tadi sampai selesaiyang bertempat di aula fkpi upri , kegiatan seminar ini di hadiri oleh sekitar 60 peserta dan seminar ini juga terbuka untuk umum. Tujuan dari diada
kan seminar ini "agar nantinya para calon pendidik bisa memahami dan mengaplikasikan k13 di sekolah "ujar Ruslin selaku ketua panitia pelaksana seminar.
Adapun kendala yang kami hadapi dalam melaksanakan seminar ini "faktor cuaca yang kurang mendukung dan juga kurangnya sosialisasi ketempat lain tentang adanya seminar pendidikan k13 ini.
Penulis: rk 86

Himpunan Pelajar Mahasiswa Islam Kedang-NTT Gelar MUBES Digedung LPTQ

Musyawarah Besar pelajar dan mahasiswa asal kedang-lembata.NTT, yang tergabung dalam organisasi daerah Himpunan Pelajar Mahasiswa Islam Kedang (HIPMIK)

Mahasiswa pelajar asal kedang lembata ini menggelar kegiatan Musyawarah besar digedung LPTQ Jl Talasalapang Makassar. Ridwan Harun terpilih sebagai Formatur Himpunan Pelajar Mahasiswa  periode 2017-2018. Agenda tahunan ini diselenggarakan pada tanggal 18-19 November 2017. Ridwan Harun berhasil menyisihkan dua orang pesaingnya yaitu Abd.  Gamal yahya dan Nasrullah.  As dengan perolehan suara 66 persen melalui proses pemungutan suara langsung dan ditetapkan sebagai Formatur  menggantikan Arsyad Awa Paokuma.

selain itu, kegiatan ini dihadiri sekitar 150 orang dari kalangan mahasiswa, pelajar, guru dan masyarakat biasa yang berasal dari kedang-lembata. semangat peserta sidang yang saling berinteraksi untuk memcahkan berbagai persoalan dalam vorum mubes yang di pandu oleh Muh.Agusalim, Jainudin dan Manaf selaku steering Commite. Disesi selanjut sidang di ambil alih Gamal yahya, Sabirin dan Nasriyati selaku presidium sidang setelah pembahasan pleno satu. Tak kalah juga sikap yang adil pengambilan keputusan pimpinan sidang baru membuat suasana sidang yang tengah larut malam tapi semangat tidak meredah. Presidium Sidang berhasil memandu peserta mubes pada pembahasan statuta kemudian palu sidang dialihkan ke streering commite untuk memandu proses pemilihan nahkoda baru hingga terpilihnya ketua baru dan penutupan.

Sebagai ketua yang baru, dia berjanji akan membawa HIPMIK menjadi organisasi pencetak kader-kader muda yang  setidaknya dapat berkontribusi terhadap organisasi. Ucapan terima kepada seluruh peserta mubes yang memberikan kepecayaan terhadapannya. Selain itu, tetap menjaga silaturahmi antar sesama kader hipmik. " tangkas Formatur pada saat diberikan kesempatan menyampaikan sepata kata".

" Muh. Agusalim (steering) mengatakan, di forum inilah kita di tantang untuk menyampaikan gagasan kita, karena hal seperti ini merupakan dinamika dalam berorganisasi, tapi alhamdulillah kami bisa meredahkan kembali, dan berjalan dengan lancar Hingga pemilihan dan penetapan formatur atau ketua umum baru sampai penutupan kegiatan mubes ini'' ujarnya selesai mubes.

Pesan kami untuk nahkoda atau pemimpin yg telah ditepakan, ingat bahwa ini adlaah amanah sebuah tanggungjawab besar untuk leu auq, jadi harus tetap istiqomah dalam memimpin roda organisasi di periode ini " tambah Muh. Agus.

Kegiatan ini berakhir dengan penyerahan draf-draf Mubes oleh demisioner kepada formatur terpilih dan juga foto bersama angota HIPMIK serta salam-salaman.

Penulis. KND-Rk 075

Kopertis Wilayah IX Gelar Kegiatan Deklarasi Mahasiswa Anti Narkoba

Kopertis Wilayah IX Sulawesi yang menaungi Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Senin (13/11/2017) menggelar Deklarasi Anti Narkoba di Growth Centre Kopertis IX, Jl. Perintis Kemerdekaan IX dengan tema" Berantas Narkoba Raih Prestasi".

Deklarasi ini dihadiri sekitar skitar 5000 civitas akademika kampus PTS terdiri atas para dosen, mahasiswa dan pegawai. Para mahasiswa diharap datang dari PTS se-Makassar dan sekitarnya dari Maros, Pangkep, Gowa dan Takalar. Selain itu para pimpinan PTS berjumlah 369 juga akan datang dari 6 provinsi di Pulau Sulawesi, turut hadir dalam deklarasi anti narkoba ini.

Prof Dr Ir Andi Niartiningsih dalam sambutannya "Deklarasi  ini karena pengedaran narkotika yang semakin meluas. Kampus harus senantiasa dijaga dan dirawat agar tidak terjebak dalam peredaran obat terlarang dan membayakan masa depan generasi muda dari kampus "tandas  Andi Niartiningsih .

Isi deklarasi Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah IX
1. Menolak Segala Bentuk Predaran dan Penyalahgunaan Narkoba
2. Menyatakan Haram Hukumnya Segala Bentuk Penyalahgunaan Narkoba dan Sejenisnya
3. Mendukung dan Menghargai Segala Bentuk Upaya Pemerintah NKRI dalam Memegang dan Menanggulangi Bahaya Penyalahgunaan Narkoba
4. Mendukung dan Mendorong Penegak Hukum dan Lembaga/Instansi terkail | untuk Melakukan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkoba dan Semacamnya
5. Mencanangkan Perguruan Tinggi swasta sulawesi selatan sehat tanpa Narkoba | untuk mewujudkan Sulawesi Selatan Bebas Narkoba
6. Siapa Perang Melawan Markoba

Dalam acara deklarasi ini juga diselingi dengan beberapa tarian, termasuk tarian yang berasal dari maumere-NTT. Semangat yang luar biasa mahasiswa  tergabung dalam Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah IX yang mengikuti.

Penulis: RK-075

Mahasiswa FKM UPRI Makassar Gelar Pelantikan dan Rapat Kerja DEPARMA dan BEM Di Hotel Gahara

Pelantikan dan Rapat Kerja Keluarga Mahasiswa FKM UPRI Makassar  serta serah terima jabatan Dewan Perwakilan Mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Pejuang RI Makassar dengan tema " Mewujudkan Profesional Kader Menuju Lembaga Aktif & Produktif " Minggu, 12 November 2017.

Kegiatan ini dihadiri para Ketua-ketua Lembaga Se-UPRI Makassar, serta Wakil Dekan III FKM UPRI mewakili Wakil Rektor III melantik pengurus DEPERMA periode 2017-2018 selanjutnya Seluruh pengurus BEM FKM dilantik dan diambil sumpahnya oleh Muhamad As'ad selaku Ketua Deperma FKM UPRI Makassar.

Dalam sambutannya Wakil Dekan III FKM UPRI makassar, meminta agar pengurus lembaga Keluarga Mahasiswa FKM beserta jajarannya dapat melaksanakan program kerja yang akan disusun dan aktif berkoordinasi dengan pihak Fakultas. Selain itu Wakil Dekan III juga memberikan apresiasi kepada pengurus baru. “Kami harapkan Pengurus Lembaga KM FKM dapat menyelenggarakan kegiatan yang yang bisa bersaing dengan kampus lain. Khususnya untuk memacu kenaikan peringkat kampus kita di tingkat nasional.” ,Tuturnya. Akhir dari sambutan Wakil Dekan III dengan membuka acara Rapat Kerja Deperma dan BEM dengan resmi mengucapkan Basmallah.

penulis:
RK-075

Universitas Pejuang RI Makassar (UPRI) menggelar kegiatan Pelantikan Ketua Study Pancasila UPRI dan Dialog Goes to Campus

Universitas Pejuang RI Makassar (UPRI) menggelar kegiatan Pelantikan Ketua Study Pancasila UPRI dan Dialog Goes to Campus

Universitas Pejuang RI Makassar (UPRI) menggelar kegiatan Pelantikan Ketua Study Pancasila UPRI dan Dialog Goes to Campus yang bekerjasama Radio Republik Indonesia (RRI) Makassar dengan tema “Dengan Semangat Kepahlawanan Kita Bangun Jiwa Nasionalisme Pemuda Dalam Menangkal Hoax” yang dilaksanakan pada Rabu 8 November 2017, di Aula Fakultas Teknik Universitas Pejuang RI Makassar.
Kegiatan ini menghadirkan Rektor Universitas Pejuang RI Makassar Dr. Hj. Andi Niniek Fariaty Lantara, SE, MS , Dr. Arlin Adam, SKM, M. Si, dekan FKM Universitas Pejuang RI Makassar dan Andi Fadli, S. Sos, M. Si, Dosen Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPRI Makassar sebagai narasumber dan moderator dipandu oleh Tim dari RRI Makassar.
Peserta kegiatan yang terdiri dari para dekan beserta jajarannya, para ketua Unit Keegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan Dewan Perwakilan mahasiswa (Deperma), serta para pengurus Himpunan Se-Universitas Pejuang RI Makassar.
Selain itu, acara ini juga dihadiri para organisasi eksternal dianataranya, organisasi kedaeraan, Study Club dan beberapa organisasi kepemudaan dan keagamaan yang bergelut di Universitas Pejuang RI Makassar.
Rektor UPRI menyampaikan bahwa pelaksanaan kegiatan ini merupakan amanah pada pertemuan aksi kebangsaan yang dilaksanakan di Bali dan dilanjutkan dengan deklarasi kebangsaan Perguruan Tinggi di Ajungan Losari.
dalam dialog berlangsung tekait peran pemuda harus memiliki nilai semangat juang untuk menangkal informasi-informasi hoax. Sebagai seorang mahasiswa harus berfikir yang positif terkait masalah yang selalu datang” ungkapnya.
Sementara itu, Andi Fadli menyatakan dalam dialog ini, ketika informasi yang muncul di media-media sebagai seorang mahasiswa jangan mudah percaya, perlu ada kajian lebih dalam. karena terkait informasi berbeda dengan berita. Berita memiliki unsur-unsur yang dapat dipertanggungjawabkan, tetapi infomasi masi belum tentu benar. terlalu banyak link-link yang dibuat untuk mempropokasi, ungkapnya.
Kegiatan ini juga sekaligus dirangkaikan dengan kegiatan Pelantikan Ketua Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara yang dilantik lansung oleh Rektor UPRI Makssar.
penulis : RK-075

Pengenalan UKM Mozz diFakultas Teknik UPRI Makassar

UKM Radio Mozz Fm turut berpartisipasi dalam kegiatan Bina Study Teknik (BISTEK) Fakultas Teknik UPRI makassar Sabtu, 28 oktober 2017.

Nurdin S Boro selaku ketua umum Radio Mozz Fm UPRI makassar beserta anggotanya mengambil bagian sebagai pemateri pengenalan UKM di kegiatan tersebut dengan peserta BISTEK berjumlah 23 orang yang sedang di koordinir oleh panitia BISTEK UPRI. dalam materi pengenalan UKM berlangsung ketua umum Mozz fm mengulas kembali sejarah terbentuknya Mozz agar peserta dapat mengetahui sejarah MOZZ itu sendiri. Antusias
beberapa peserta BISTEK yang ingin bergabung dengan UKM Mozz lansung mengambil formulir pemdaftaran calon anggota.

Ilmu pengetahun yang kita dapatkan dibangku kuliah itu hanya 25% yang lain kita harus cari diluar dan disinilah UKM merupakan salah satu lembaga pengebangan minat dan bakat. adapun ilmu pengetahun lain yang bisa kita timba di organisasi asalkan kita ingin belajar,pungkas Nurdin.

penulis : RK-078

Badan Eksekutif Mahasiswa FKIP UPRI Gelar Seminar Kebudayaan Diakhir Periode

Badan Eksekutif Mahasiswa FKIP Universitas Pejuang RI Makassar menggelar Seminar Nasional bertajuk Keanekaragaman Budaya & Identitas Masyarakat Kota Makassar. (Rabu, 25 Oktober 2017). digedung AULA FKIP UPRI makassar. Pada seminar ini dihadiri Dr. Muslimin Ar. Effendy, M.A(sejarawan), Erfan Sutono S.Ft, Physio., M.H(ketua generasi muda konghucu sulsel), Ir Arwan Thajadja (ketua peranakan tionghoa) sebagai Pembicara.

Sefianus S. Mansu selaku ketua Badan Eksekutif Mahasiswa FKIP UPRI makassar mengungkapkan bahwa dalam seminar kali ini, segaja kami angkat tema tersebut karena ada dua hal yang belum diketahui oleh semua masyakat terkususnya mahasiswa di UPRI. Tema ini merupakan suatu langka untuk menyatukan kita atas perbedaan budaya bukan saling mengklaim satu sama lain(tandasnya).

penulis : RK-075